Pengertian Manajemen
Istilah manajemen
berasal dari kata management (bahasa Inggris), turunan dari kata “ to manage”
yang artinya mengurus atau tata laksana atau ketata laksanaan. Sehingga
manajemen dapat diartikan bagaimana cara manajer (orangnya) mengatur,
membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi pembantunya agar usaha yang
sedang digarap dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengertian Manajemen
menurut beberapa ahli yaitu :
1. Menurut James A.F
Stoner, Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan
sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Menurut Mary Parker
Follet, Manajemen adalah suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan
melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus.
3. Menurut Drs. Oey
Liang Lee, Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan
pengorganisasian,penyusunan,pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya
manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Menurut R. Terry,
Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.
5. Menurut Lawrence A.
Appley, Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha
orang lain
6. Menurut Horold
Koontz dan Cyril O’donnel, Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan
tertentu melalui kegiatan orang lain.
Sebenarnya ada banyak
versi mengenai definisi manajemen, namun demikian pengertian manajemen itu
sendiri secara umum yang bisa kita jadikan pegangan adalah “Manajemen adalah
suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian atau pengawasan, yang dilakukan
untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya
manusia dan sumberdaya lainnya”.
Pengertian Strategik
Strategi adalah rencana
jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai
tujuan tertentu, yang umumnya adalah “kemenangan”.
Asal kata “strategi”
adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, strategos.
Pengertian strategi
menurut Glueck dan Jauch adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi
yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan,
yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat
dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.
Pengertian strategi
secara umum dan khusus sebagai berikut :
Pengertian Umum
Strategi adalah proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang
organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan
tersebut dapat dicapai.
Pengertian Khusus
Strategi merupakan
tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus,
serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para
pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari
apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya
kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan
kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti
di dalam bisnis yang dilakukan.
Pengertian Manajemen
Strategik
Manajemen strategis
merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat
mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat
oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu
organisasi, untuk mencapai tujuan.
Pengertian Manajemen
Strategik menurut beberapa ahli yaitu :
Menurut Pearch dan
Robinson (1997) dikatakan bahwa manajemen strategik adalah kumpulan dan
tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi)
rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi.
Menurut Nawawi adalah
perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi
pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai
keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil),
agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam
usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operaional untuk menghasilkan barang
dan atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada
optimalisasi pencapaian tujuan (disebut strategis) dan berbagai sasaran (tujuan
operasional) organsasi.
Dari
pengertian-pengertian yang cukup luas tersebut menunjukkan bahwa manajemen
strategik merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai
komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi dan bergerak secara
serentak (bersama-sama) kearah yang sama pula.
Kemampuan hardskill dan
softkill apa saja yang harus di perlukan oleh seorang manajer ?
Manajer memiliki peran
yang penting dalam meningkatkan kepuasan dan komitmen karyawan. Para manajer
dituntut untuk bisa membantu karyawan memahami strategi organisasi secara
keseluruhan dan bagaimana pekerjaan mereka mempengaruhi keberhasilan
perusahaan. Para manajer juga harus memastikan pimpinan senior mengambil
tindakan yang perlu berdasarkan umpan balik dari karyawan untuk memastikan
perusahaan tetap kompetitif.
Adapun keterampilan
yang harus dimiliki oleh seorang manajer, yakni :
1. Ketrampilan
konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas
(top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan
gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut
kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan
gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja
yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning.
Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga merupakan keterampilan untuk
membuat rencana kerja.
2. Keterampilan
berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Manajer juga perlu
dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan
dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang
persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang
dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan
membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka
kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan
manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3. Keterampilan teknis
(technical skill)
Keterampilan ini pada
umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah.
Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan
tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat
kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga
keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar
yang perlu dimiliki manajer, yaitu:
1. Keterampilan
manajemen waktu
Merupakan keterampilan
yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang
dimilikinya secara bijaksana.
2. Keterampilan membuat
keputusan
Merupakan kemampuan
untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya.
Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer,
terutama bagi kelompok manajer atas (top manager).
Griffin mengajukan tiga
langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus
mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk
menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada
dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer
harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan
mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
Berikut yang dapat saya
simpulkan, kemampuan hardskill dan softskill yang diperlukan oleh seorang
manajer, adalah :
Hardskill : mempunyai
kemampuan dalam menganalisis dan menggunakan berbagai alat yang ada, seperti
komputer.
Softskill : mempunyai
kemampuan dalam suatu organisasi dalam memanage para karyawan.
Auliya
27208029
Kaitkata:Pengertian
Manajemen Strategik
Ditulis dalam Pengertian Manajemen Strategik
Manajemen strategis
Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Manajemen strategis
adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian
keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan
mencapai sasarannya.[1] Sesuai definisinya, manajemen strategis berfokus pada
proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan
untuk mencapai sasaran, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan
kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis
mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu
bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Ada tiga tahapan dalam manajemen
strategis, yaitu perumusan strategi, pelaksanaan strategi, dan evaluasi
strategi.[1]
Manajemen strategis
merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya disusun oleh dewan
direksi dan dilaksanakan oleh CEO serta tim eksekutif organisasi tersebut.
Manajemen strategis memberikan arahan menyeluruh untuk perusahaan dan terkait
erat dengan bidang perilaku organisasi.
Manajemen strategis
berbicara tentang gambaran besar. Inti dari manajemen strategis adalah
mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana sumber daya
yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif untuk memenuhi tujuan
strategis. Manajemen strategis di saat ini harus memberikan fondasi dasar atau
pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi. Ini adalah proses yang
berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana strategis organisasi merupakan
dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan kembali dikunjungi. Bahkan mungkin
sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan karena sifatnya yang terus harus
dimodifikasi. Seiring dengan adanya informasi baru telah tersedia, dia harus
digunakan untuk membuat penyesuaian dan revisi.
Daftar isi [sembunyikan]
1 Definisi
2 Posisi strategis
3 Pembentukan strategi
4 Komponen proses
manajemen strategis
5 Referensi
6 Pranala luar
Definisi[sunting]
Beberapa pakar dalam
ilmu manajemen mendefinisikan manajemen strategis dengan cara yang
berbeda-beda. Ketchen (2009) mendefinisikan manajemen strategis sebagai
analisis, keputusan, dan aksi yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan dan
mempertahankan keunggulan kompetitif.[2] Definisi ini menggambarkan dua elemen
utama manajemen strategis. Pertama, manajemen strategis dalam sebuah perusahaan
berkaitan dengan proses yang berjalan (ongoing processes): analisis, keputusan,
dan tindakan. Manajemen strategis berkaitan dengan bagaimana manajemen menganalisis
sasaran strategis (visi, misi, tujuan) serta kondisi internal dan eksternal
yang dihadapi perusahaan. Selanjutnya, perusahaan harus menciptakan keputusan
strategis. Keputusan ini harus mampu menjawab dua pertanyaan utama: (1)
industri apa yang digeluti perusahaan dan (2) bagaimana perusahaan harus
bersaing di industri tersebut. Terakhir, tindakan diambil untuk menjalankan
keputusan tersebut. Tindakan yang perlu dilakukan akan mendorong manajer untuk
mengalokasikan sumber daya dan merancang organisasi untuk mengubah rencana
menjadi kenyataan.
Elemen kedua, manajemen
strategis adalah studi tentang mengapa sebuah perusahaan mampu mengalahkan
perusahaan lainnya. Manajer perlu menentukan bagaimana perusahaan bisa
menciptakan keunggulan kompetitif yang tidak hanya unik dan berharga, tetapi
juga sulit ditiru atau dicari subtitusinya sehingga mampu bertahan lama.
Keunggulan kompetitif yang mampu bertahan lama biasanya didapatkan dengan
melakukan aktivitas berbeda dengan apa yang dilakukan pesaing, atau melakukan
aktivitas yang sama dengan cara yang berbeda.
Posisi
strategis[sunting]
Porter (1996)
mendefinisikan strategi sebagai "penciptaan posis unik dan berharga yang
didapatkan dengan melakukan serangkaian aktivitas."[3]. Porter menjabarkan
tiga basis posisi strategis. Ketiganya tidak mutually exclusive dan seringkali
saling bersinggungan. Basis pertama didapatkan dengan memproduksi bagian kecil
(subset) sebuah produk dari industri tertentu. Porter menyebutnya sebagai
variety-based positioning karena posisi ini berasal dari pemilihan produk,
bukan berdasarkan segmentasi konsumen. Dengan kata lain, perusahaan berusaha
memenuhi sedikit kebutuhan dari banyak orang. Porter menyontohkan Jiff Lube
International yang hanya memproduksi pelicin (lubricant) otomotif dan tidak
menawarkan produk perawatan lainnya. Variety-based positioning efektif bila
perusahaan memiliki kemampuan menciptakan produk subset tersebut dengan baik,
jauh lebih unggul dibanding pesaingnya.
Basis kedua adalah
melayani sebagian besar atau bahkan seluruh kebutuhan dari seke konsumen
tertentu, yang disebut sebagai needs-based positioning. Contohnya adalah IKEA
yang berusaha memenuhi seluruh kebutuhan mebel, bukan hanya sebagian (subset),
untuk target pasarnya. Posisi ini didapatkan dengan melakukan serangkaian
aktivitas dengan cara berbeda dengan yang dilakukan pesaing. Apabila tidak ada
perbedaan dalam aktivitas, konsumen tidak akan mampu membedakan perusahaan
bersangkutan dengan pesaing. Varian dari model ini adalah memenuhi kebutuhan
target pasar untuk waktu yang berbeda-beda. Seorang konsumen, misalnya, memilki
kebutuhan yang berbeda ketika ia melakukan perjalanan untuk bisnis dan ketika
dia melakukan perjalanan untuk liburan. Perusahaan bisa mengambil posisi untuk
memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda dari target pasar yang sama.
Basis ketiga didapatkan
dengan menarget konsumen yang dapat diakses dalam cara yang berbeda, yang
disebut sebagai access-based positioning. Konsumen-konsumen ini, meskipun
memiliki kebutuhan dan keinginan yang hampir sama dengan konsumen lainnya,
membutuhkan konfigurasi aktivitas yang berbeda untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhan tersebut. Porter mencontohkannya lewat Carmike Cinemas, yang
mengoperasikan bioskop hanya di kota-kota kecil yang padat, namun dengan populasi
kurang dari 200.000 orang. Meskipun pasarnya kecil dengan kemampuan
pembeliannya di bawah kota besar, Carmike Cinemas berhasil meraih keuntungan
karena melakukan aktivitas berbeda dengan yang ditawarkan bioskop-bioskop di
kota besar, misalnya dengan melakukan standardisasi, membuka hanya sedikit
studio, dan menggunakan teknologi proyektor yang lebih rendah dibanding dengan
bioskop di kota besar.
Pembentukan
strategi[sunting]
Tugas pertama dalam
manajemen strategis pada umumnya adalah kompilasi dan penyebarluasan pernyataan
misi. Aktivitas ini mendokumentasikan kerangka dasar organisasi dan
mendefinisikan lingkup aktivitas yang hendak dijalankan oleh organisasi.
Setelah itu, organisasi
bersangkutan akan melakukan pemindaian lingkungan untuk membangun keselarasan
dengan pernyataan misi yang telah dibuat.
Pembentukan strategi
adalah kombinasi dari tiga proses utama sebagai berikut:
Melakukan analisis
situasi, evaluasi diri dan analisis pesaing: baik internal maupun eksternal;
baik lingkungan mikro maupun makro.
Bersamaan dengan
penaksiran tersebut, tujuan dirumuskan. Tujuan ini harus bersifat paralel dalam
rentang jangka pendek dan juga jangka panjang. Maka di sini juga termasuk di
dalamnya penyusunan pernyataan visi (cara pandang jauh ke depan dari masa depan
yang dimungkinkan), pernyataan misi (bagaimana peran organisasi terhadap
lingkungan publik), tujuan perusahaan secara umum (baik finansial maupun
strategis), tujuan unit bisnis strategis (baik finansial maupun strategis), dan
tujuan taktis.
Komponen proses
manajemen strategis[sunting]
Manajemen strategis
secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang berorientasi masa depan
yang memungkinkan organisasi untuk membuat keputusan hari ini untuk
memposisikan diri untuk kesuksesan di masa mendatang. Pandangan yang lebih
tradisional dari manajemen strategis menggunakan pendekatan linear dimana
pertama dilakukan pemantauan terhadap lingkungan organisasi (baik internal dan
eksternal), strategi dirumuskan, strategi yang diimplementasikan dan lantas
kemajuan organisasi terhadap strategi kemudian dievaluasi. Kecepatan pacu saat
ini dari perubahan menyatakan bahwa tahap perumusan dan pelaksanaan harus lebih
diintegrasikan lebih erat untuk memastikan bahwa sejalan terjadinya perubahan
dan timbulnya masalah di implementasi, strategi tersebut kembali dikunjungi
secara terus menerus.
Pemantauan lingkungan
harus mencakup baik internal dan komponen eksternal. Sementara sebagian besar
organisasi merasa nyaman dengan pemindaian lingkungan internal, mereka masih
memiliki lebih banyak kesulitan dengan bagian eksternal. Organisasi yang hanya
melihat ke dalam masih kehilangan setengah dari persamaan utuh untuk membuat
keputusan yang lebih efektif bagi perusahaan. Beberapa elemen yang biasa
digunakan untuk memeriksa kondisi eksternal meliputi industri sebagai suatu
keseluruhan (termasuk tren yang berdampak pada industri), dan tren sosial dalam
empat bidang utama: ekonomi, teknologi, tren politik-hukum, serta
sosial-budaya.
Ada tiga tingkatan
strategi dibuat dalam organisasi yang lebih besar, yakni meliputi strategi
perusahaan, bisnis, dan fungsional (atau operasional). Sementara strategi
perusahaan akan menentukan bisnis apakah yang perusahaan akan benar-benar
beroperasi di sana, strategi bisnis akan menentukan bagaimana perusahaan akan
bersaing di masing-masing bisnis yang telah dipilih. Dan strategi tingkat
operasional akan menentukan bagaimana masing-masing bidang fungsional (seperti
sumber daya manusia atau akuntansi) benar-benar akan mendukung
strategi-strategi bisnis dan korporasi. Semua strategi ini harus berkaitan erat
untuk memastikan bahwa organisasi bergerak ke arah yang menyatu.
Data dari pemantauan
lingkungan ini kemudian digunakan untuk membuat rencana strategis bagi
organisasi - yang kemudian dilaksanakan. Sebuah pepatah lama menyatakan bahwa
"gagal dalam merencanakan sama dengan merencanakan untuk gagal”. Jika
sebuah organisasi tidak merencanakan arahnya, dia juga terbilang tidak
mengambil kendali atas masa depannya. Tahap implementasi melibatkan hampir
semua anggota organisasi. Akibatnya, perusahaan akan perlu melibatkan lebih
banyak karyawan dalam tahap perencanaan. Sementara perhatian historis lebih
diberikan untuk tahap perencanaan, organisasi saat ini yang cerdik juga
menyadari sifat kritis dari aspek pelaksanaan. Rencana terbaik tak ada artinya
jika implementasinya cacat.
Komponen terakhir dari
manajemen strategis adalah evaluasi dan pemantauan kemajuan perusahaan ke arah
sasaran strategisnya. Organisasi-organisasi yang meyakini bahwa proses
terbilang selesai setelah rencana diimplementasikan hanya akan menemukan diri
mereka menemui kegagalan. Penting sekali bagi organisasi untuk terus memantau
kemajuannya.
Referensi[sunting]
^ a b David, Fred R.
(2004). Manajemen Strategis: Konsep-konsep (Edisi Kesembilan). PT Indeks
Kelompok Gramedia. ISBN 979-683-700-5.
^ Ketchen Jr. D. et
all. 2009. "Strategy 2008-2009". New York: McGraw-Hill
^ Porter, Michael.
1996. "What is Strategy?". Harvard Business Review hal .61-79
Pranala luar[sunting]
The Journal of Business
Strategies
Strategic Planning
Society
The Association of
Internal Management Consultants Artikel
bertopik manajemen ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wik
Distribusi Pendapatan Nasional dan
Kemiskinan
a. Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan di
Indonesia
Masalah besar yang
dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi
pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu
terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah
kemiskinan. Membiarkan kedua masalah tersebut berlarut-larut akan semakin
memperparah keadaan, dan tidak jarang dapat menimbulkan konsekuensi negatif
terhadap kondisi sosial dan politik.
Masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan
tidak hanya dihadapi oleh negara sedang berkembang, namun negara maju sekalipun
tidak terlepas dari permasalahan ini. Perbedaannya terletak pada proporsi atau
besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka kemiskinan yang terjadi, serta
tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah
penduduk suatu negara. Semakin besar angka kemiskinan, semakin tinggi pula
tingkat kesulitan mengatasinya.
Negara maju menunjukkan tingkat kesenjangan
pendapatan dan angka kemiskinan yang relative kecil dibanding negara sedang
berkembang, dan untuk mengatasinya tidak terlalu sulit mengingat GDP dan GNP
mereka relative tinggi. Walaupun demikian, masalah ini bukan hanya menjadi
masalah internal suatu negara, namun telah menjadi permasalahan bagi dunia internasional.
Berbagai upaya yang telah dan sedang dilakukan
oleh dunia internasional, baik berupa bantuan maupun pinjaman pada dasarnya
merupakan upaya sistematis untuk memperkecil kesenjangan pendapatan dan tingkat
kemiskinan yang terjadi di negara-negara miskin dan sedang berkembang. Beberapa
lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia serta lembaga-lembaga keuangan
internasional lainnya berperan dalam hal ini. Kesalahan pengambilan kebijakan
dalam pemanfaatan bantuan dan/ atau pinjaman tersebut, justru dapat berdampak
buruk bagi struktur sosial dan perekonomian negara bersangkutan.
Perbedaan pendapatan timbul karena adanya
perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi terutama
kepemilikan barang modal (capital stock). Pihak (kelompok masyarakat) yang
memiliki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang
lebih banyak pula. Menurut teori neoklasik, perbedaan pendapatan dapat
dikurangi melalui proses penyesuaian otomatis, yaitu melalui proses “penetasan”
hasil pembangunan ke bawah (trickle down) dan kemudian menyebar sehingga
menimbulkan keseimbangan baru. Apabila proses otomatis tersebut masih belum
mampu menurunkan tingkat perbedaan pendapatan yang sangat timpang, maka dapat
dilakukan melalui sistem perpajakan dan subsidi.
Penetapan pajak pendapatan/penghasilan akan
mengurangi pendapatan penduduk yang pendapatannya tinggi. Sebaliknya subsidi
akan membantu penduduk yang pendapatannya rendah, asalkan tidak salah sasaran
dalam pengalokasiannya. Pajak yang telah dipungut apalagi menggunakan sistem
tarif progresif (semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi prosentase
tarifnya), oleh pemerintah digunakan untuk membiayai roda pemerintahan, subsidi
dan proyek pembangunan. Dari sinilah terjadi proses redistribusi pendapatan yang
akan mengurangi terjadinya ketimpangan.
Tingginya Produk Domestik Bruto (PDB) suatu
negara belum tentu mencerminkan meratanya terhadap distribusi pendapatan.
Kenyataan menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat tidak selalu merata, bahkan
kecendrungan yang terjadi justru sebaliknya. Distribusi pendapatan yang tidak
merata akan mengakibatkan terjadinya disparitas. Semakin besar perbedaan
pembagian “kue” pembangunan, semakin besar pula disparitas distribusi
pendapatan yang terjadi. Indonesia yang tergolong dalam negara yang sedang
berkembang tidak terlepas dari permasalahan ini.
b. Analisis Distribusi Pendapatan
(1.) Distribusi Ukuran (personal distribution of
income)
Distribusi pendapatan
perseorangan (personal distribution of income) atau distribusi ukuran
pendapatan (size distribution of income) merupakan indikator yang paling sering
digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah
penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga.
Yang diperhatikan di sini adalah seberapa
banyak pendapatan yang diterima seseorang, tidak peduli dari mana sumbernya,
entah itu bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang, hadiah ataupun
warisan.
Lokasi sumber penghasilan (desa atau kota)
maupun sektor atau bidang kegiatan yang menjadi sumber penghasilan (pertanian,
industri, perdagangan, dan jasa) juga diabaikan.
(2.) Kurva Lorenz
Sumbu horisontal
menyatakan jumlah penerimaan pendapatan dalam persentase kumulatif. Misalnya,
pada titik 20 kita mendapati populasi atau kelompok terendah (penduduk yang
paling miskin) yang jumlahnya meliputi 20 persen dari jumlah total penduduk.
Pada titik 60 terdapat 60 persen kelompok bawah, demikian seterusnya sampai
pada sumbu yang paling ujung yang meliputi 100 persen atau seluruh populasi
atau jumlah penduduk.
Sumbu vertikal
menyatakan bagian dari total pendapatan yang diterima oleh masing-masing
persentase jumlah (kelompok) penduduk tersebut. Sumbu tersebut juga berakhir
pada titik 100 persen, sehingga kedua sumbu (vertikal dan horisontal) sama panjangnya.
Setiap titik yang terdapat pada garis diagonal
melambangkan persentase jumlah penerimanya (persentase penduduk yang menerima
pendapatan itu terdapat total penduduk atau populasi). Sebagai contoh, titik
tengah garis diagonal melambangkan 50 persen pendapatan yang tepat
didistribusikan untuk 50 persen dari jumlah penduduk.
Titik yang terletak pada posisi tiga perempat
garis diagonal melambangkan 75 persen pendapatan nasional yang didistribusikan
kepada 75 persen dari jumlah penduduk.
Garis diagonal
merupakan garis "pemerataan sempurna" (perfect equality) dalam
distribusi ukuran pendapatan.
(3.) Koefisien Gini dan Ukuran Ketimpangan
Pengukuran tingkat ketimpangan atau
ketidakmerataan pendapatan yang relatif sangat sederhana pada suatu negara dapat
diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis diagonal
dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh bidang di mana kurva Lorenz itu
berada.
(4.) Koefisien Gini dan Ukuran Ketimpangan Agregat
Pengukuran tingkat ketimpangan atau
ketidakmerataan pendapatan yang relatif sangat sederhana pada suatu negara
dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis
diagonal dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh bidang di mana kurva
Lorenz itu berada.
Koefisien Gini adalah
ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan (pendapatan/ kesejahteraan) agregat
(secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna)
hingga satu (ketimpangan yang sempurna).
Angka ketimpangan untuk negara-negara yang
ketimpangan pendapatan di kalangan penduduknya dikenal tajam berkisar antara
0,50 hingga 0,70.
Untuk negara-negara yang distribusi
pendapatannya dikenal relatif paling baik (paling merata), berkisar antara 0,20
sampai 0,35.
c. Pertumbuhan dan Pemerataan dalam Konteks
Pembangunan Ekonomi Indonesia Selama Ini
Simon Kuznets (1955) membuat hipotesis adanya
kurva U terbalik (inverted U curve) bahwa mula-mula ketika pembangunan dimulai,
distribusi pendapatan akan makin tidak merata, namun setelah mencapai suatu
tingkat pembangunan tertentu, distribusi pendapatan makin merata.
Referensi :
a)
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/perekonomian_indonesia/bab4-struktur_produksi_distribusi_pendapatan_dan_kemiskinan.pdf
b)
http://windariansyah.blogspot.com/2011/04/distribusi-pendapatan-nasional.html
c)
http://filzanadhila.blogspot.com/2011/02/distribusi-pendapatan-nasional.html
d)
http://herdy92.wordpress.com/2012/03/26/struktur-produksi-distribusi-pendapatan-dan-kemiskinan/
e)
http://riyanikusuma.wordpress.com/2011/04/15/struktur-produksi/
f)
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/struktur-produksi-distribusi-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar