DASAR DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Semester … Tahun
Akademik 2011/2012
Dosen Pengampu : H. Zanuar
Anwari, Lc., M.S.I
Disusun oleh :
1............
2............
Jurusan
tarbiyah
sekolah AGAMA
ISLAM (stai) sangatta
kutai timur
2011
KATA PENGANTAR
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$#
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Mahakuasa karena atas bekat rahmatNya kami dapat menyusun makalah Filsafat Pendidikan Islam
yang berjudul Dasar dan Asas-asas
Pendidikan Dalam Al-Qur’an dengan sedemikian rupa. Pendidikan merupakan
pembahasan sendiri sering kita
jumpai/bahkan kita sendiri mengenyahnya.
Materi singkat dibuat lebih padat dan mencakup materi
yang ada.Pembuatan makalah ini disesuaikan dangan rambu-rambu pembuatan
makalah. Semua ini dilakukan Untuk Menyongsong akan diperlakukannya Peraturan-peraturan
dalam pembuatan makalah.
Besar harapan saya agar kiranya makalah Dasar dan Asas-asas pendidikan Dalam Al-Qur’an yang telah kami selesaikan ini dapat berguna bagi semua pihak.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk
menyusun makalah yang berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca
dan pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih bagi pihak-pihak yang
telah membantu, sehingga makalah ini dapat sampai di hadapan para pembaca.
Sangatta,15 Agustus 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Cover
Halaman Judul ………………………………………………………. .……... i
Kata Pengantar
…………………………………………………. .…………... ii
Daftar Isi
…………………………………………………………. .….. iii
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar belakang ……………………………...……………...........…….. 1
B.
Rumusan
Masalah …………………………...……………...........……. 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Dasar dan
Asas-asas Pendidikan
Dalam Al-Qur’an Hadits
…………………...……………...........……... 3
B.
Dasar dan
Asas-asas Pendidikan Dalam Al-Qur’an Hadits . . . .
..…….. 4
C.
Prinsip/Dasar Pendidikan Dalam Qs. Al Alaq …………...........……..... 6
D. Ikhlas; Kerangka Dasar Pendidikan Islam ...……………...........…….... 7
BAB III.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan .......……………………………………………………..... 11
B. Saran .......……………………………………………………..... 12
DAPTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur'an sebagai sumber pertama dan utama
dalam pendidikan Islam diturunkan untuk seluruh umat manusia di segala zaman
dan tempat. Petunjuk-petunjuknya patut menjadi pegangan bagi seluruh umat
manusia di mana pun mereka berada dan kapan pun mereka membutuhkannya.
Seandainya umat manusia senantiasa berpegang teguh kepadanya niscaya mereka
tidak akan sesat selama-lamanya. Hal ini sesuai dengan jaminan yang telah
diberikan oleh Nabi saw. yang berbunyi :”Aku tinggalkan pada kalian
dua pusaka, selama kalian berpegang teguh pada
keduanya niscaya kalian tidak akan sesat
sesudahnya: Kitab Allah (Al-Qur'an) dan Sunahku
.... (HR al-Hakim dan Abu Hurairah).
Secara eksplisit, hadist di atas menjelaskan
jaminan Rasulullah saw. kepada umatnya bahwa siapa saja yang berpegang teguh
kepada Al-Qur'an dan Sunah niscaya tidak akan sesat selama-lamanya. Hadis di
atas merupakan aplikasi dari firman Allah SWT di dalam Surat Al-Baqarah ayat 185
yang berbunyi: “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang
hak dan yang batil .... (QS AI-Baqarah: 185)
Ayat ini menjelaskan fungsi Al-Qur'an bagi
manusia di dunia ini, yaitu untuk menuntun mereka ke jalan yang benar demi
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi, Al-Qur'an merupakan pedoman
yang tepat bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini
agar mereka tidak salah kaprah, dan mengakibatkan kefatalan, baik terhadap diri
mereka maupun keluarga dan masyarakat. Meskipun demikian, kita harus mencari
solusi untuk mendapatkan petunjuk Al-Qur'an agar kita selamat dan sukses
dalam menempuh kehidupan di dunia ini dan di akhirat kelak.
Di antara permasalahan kehidupan
yang perlu menjadi perhatian kita ialah pendidikan. Ayat-ayat tentang
pendidikan banyak terdapat di dalam Al-Qur'an, meskipun masih bersifat umum
sehingga tidak mudah diaplikasikan begitu saja ke dalam kehidupan umat. Oleh
karena itu, ayat-ayat tentang pendidikan tersebut perlu dikaji secara saksama
agar dapat ditangkap petunjuknya dan dapat diterapkan di tengah masyarakat
untuk membimbing mereka ke jalan yang benar.
Surat Al-'Alaq adalah salah satu surat di dalam
Al-Qur'an yang turun pada periode awal. Ayat 1-5 merupakan ayat yang pertama
kali turun kepada Nabi Muhammad saw. Ayat pertama yang diturunkan Allah ini
sangat sarat dengan petunjuk-Nya tentang pendidikan. Ayat tersebut dimulai
dengan perintah membaca. Membaca merupakan salah satu aktivitas dalam
pendidikan yang tidak dapat diabaikan, baik membaca yang tertulis maupun
membaca alam dan fenomena yang tidak tertulis. Para ahli pendidikan Islam senantiasa
memasukkan ayat 1-5 dari Surat Al-'Alaq ini sebagai ayat pendidikan, seperti
Ghazali, Muhammad Fadhil Jamali, Fathiyah Hasan Sulaiman, dan Hasan Langgulung.
Hasan Langgulung, mengatakan :" Seakan-akan permulaan ayat yang pertama
kali turun ini sebagai pemberitahuan bahwa kitab ini mengajak kepada ilmu,
judul ilmu, ajaran yang dibawanya tegak di atas dasar ilmu, dan ia akan
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui”.
B. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang diatas maka
hal-hal yang akan penulis bahas yaitu :
1)
Bagaimana pengertian
Dasar dan Asas-asas Pendidikan
Dalam Al-Qur’an ?
2) Apa Dasar dan Asas-asas Pendidikan Dalam Al-Qur’an
?
3) Apa Prinsip/Dasar Pendidikan Dalam Qs. Al Alaq
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DASAR PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN
Kata ‘prinsip’ adalah
akar kata dari principia yang diartikan sebagai permualaan, yang dengan
suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung dari
pemula itu. Jadi kalau berbicara mengenai prinsip pendidikan Islam, maka
pelaksanaan pendidikan ini telah digariskan oleh prinsip atau konsep dalam
ajaran Islam.
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata "prinsip" mempunyai pengertian
dasar, asas yang menjadi pokok atau landasan berpikir. Kata
"pendidikan" terbentuk dari kata dasar "didik" yang diberi
awalan pe dan akhiran an yang berarti proses membimbing manusia
dari kebodohan menuju kecerahan pengetahuan.
Sedangkan Azas
secara etimologi memiliki makna dalah dasar, alas, pondamen (Muhammad Ali, TT :
18).
Prinsip-prinsip tersebut
adalah; Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengem-bangan diri; Manusia
adalah makhluk paedagogik, yaitu makhluk Allah yang dapat dididik dan
dapat mendidik. Potensi itu ada dengan adanya pemberian Allah berupa
akal-pikiran, perasaan, nurani, yang akan dijalani manusia baik sebgai makhluk
individu maupun sebagai makhluk yang bermasarakat.
Pendidikan Islam;
pendidikan yang bebas; Kebebasan yang dimaksud adalah kebebas-an berkehendak
dan berbuat yang diberikan Allah kepada manusia, kebebasan ini tentunya terikat
dengan hukum syara’. Kebebasan disini berarti manusia bebas memilih prosesnya
masing-masing dari prinsip ini seorang pendidik tidak bisa memaksa anak didik
untuk me-nentukan pilihan yang harus dijalani anak didik. Pendidik hanya
mengarahkan kemana potensi yang dominan yang bisa dikembangkan oleh peserta
didik tersebut.
Pada intinya
pendidikan itu adalah menghilangkan ahlak yang buruk dan menanamkan ahlak yang
baik, itulah yang diungkapkan al-ghozali.[1]
Pendidikan Islam penuh
dengan nilai insaniah dan ilahiyah; Agama Islam adalah sumber akhlak, kedudukan
akhlak sangatlah penting sebagai pelengkap dalam menjalankan fungsi kemanusiaan
di bumi. Pendidikan merupakan proses pembinaan akhlak pada jiwa. Meletakkan
nilai-nilai moral pada anak didik harus diutamakan. Nilai-nilai ketuhanan harus
dikedepankan, pendidikan Islam haruslah memperhatikan pendidikan akhlak atau
nilai dalam setiap pelajaran dari tingkat dasar sampai tingkat tertinggi dan
mengutamakan fadhilah dan sendi moral yang sempurna.
Dalam perspektif Al
Qur’an, prinsip dan proses pendidikan Islam disebutkan dalam Surat Al-'Alaq,
secara keseluruhan, mencakup tujuan pendidikan, metode, materi, pendidik,
peserta didik, dan lain-lain yang akan diuraikan secara sistematis – dilengkapi
kajian-kajian ilmiyah berkaitan dengan ayat tersebut. Dengan demikian, yang
dimaksud dengan prinsip-prinsip pendidikan dalam Surat Al-'Alaq adalah
petunjuk-petunjuk Allah SWT yang berkenaan dengan dasar-dasar atau asas-asas
pendidikan yang terdapat di dalam Surat Al-'Alaq. Surat Al-'Alaq yang
terdiri atas 19 ayat ini merupakan surat Makkiyah atau surat yang
diturunkan Allah pada periode Mekah. Ayat 1-5 adalah ayat-ayat yang pertama
kali diturunkan Allah SWT di Gua Hira' ketika Nabi saw. Bertahannus. Surat
ini, antara lain berisi perintah membaca, tentang alat tulis, unsur-unsur
pendidikan, sifat dan keadaan manusia yang jahat serta durhaka.
B. DASAR DAN ASAS PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN
1. Integrasi
Suatu asas yang seharusnya dianut adalah bahwa
dunia ini merupakan jembatan menuju kampung akhirat. Karena itu, mempersiapkan
diri secara utuh merupakan hal yang tidak dapat dielakkan agar masa kehidupan
di dunia ini benar benar bermanfaat untuk bekal yang akan dibawa ke akhirat.
Perilaku yang terdidik dan nikmat Tuhan apapun yang didapat dalam kehidupan
harus diabdikan untuk mencapai kelayakan kelayakan itu terutama dengan mematuhi
keinginan Tuhan. Allah Swt Berfirman, “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat, dan janganlah kanu
melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi...” (QS. Al Qoshosh: 77).
Ayat ini menunjukkan kepada prinsip integritas di mana diri dan segala yang ada
padanya dikembangkan pada satu arah, yakni kebajikan dalam rangka pengabdian
kepada Tuhan.
2. Keseimbangan
Karena ada integrasi, keseimbangan merupakan kemestian,
sehingga dalam pengembangan dan pembinaan manusia tidak ada kepincangan dan
kesenjangan. Keseimbangan antara material dan spiritual, unsur jasmani dan
rohani. Pada banyak ayat al-Qur’an Allah menyebutkan iman dan amal secara
bersamaan. Tidak kurang dari enam puluh tujuh ayat yang menyebutkan iman dan
amal secara besamaan, secara implisit menggambarkan kesatuan yang tidak
terpisahkan. Diantaranya adalah QS. Al ‘Ashr: 1-3, “Demi masa, sesungguhnya
manusia dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal sholeh.” .
3. Persamaan
Asas ini berakar dari konsep dasar
tentang manusia yang mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan derajat,
baik antara jenis kelamin, kedudukan sosial, bangsa, maupun suku, ras, atau
warna kulit. Sehingga budak sekalipun mendapatkan hak yang sama dalam
pendidikan. Nabi Muhammad Saw bersabda :”“Siapapun di antara seorang laki
laki yang mempunyai seorang budak perempuan, lalu diajar dan didiknya dengan
ilmu dan pendidikan yang baik kemudian dimerdekakannya lalu dikawininya, maka
(laki laki) itu mendapat dua pahala” (HR. Bukhori).
4. Pendidikan Seumur Hidup
Sesungguhnya asas ini bersumber dari pandangan
mengenai kebutuhan dasar manusia dalam kaitan keterbatasan manusia di mana
manusia dalam sepanjang hidupnya dihadapkan pada berbagai tantangan dan godaan
yang dapat menjerumuskandirinya sendiri ke jurang kehinaan. Dalam hal ini
dituntut kedewasaan manusia berupa kemampuan untuk mengakui dan menyesali
kesalahan dan kejahatan yang dilakukan, disamping selalu memperbaiki kualitas
dirinya. Sebagaimana firman Allah, “Maka siapa yang bertaubat sesuadah
kedzaliman dan memperbaiki (dirinya) maka Allah menerima taubatnya....”
(QS. Al Maidah: 39).
5. Keutamaan
Dengan asas ini ditegaskan bahwa pendidikan
bukanlah hanya proses mekanik melainkan merupakan proses yang mempunyai ruh
dimana segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan kepada keutamaan-keutamaan.
Keutamaan-keutamaan tersebut terdiri dari nilai nilai moral. Nilai moral yang
paling tinggi adalah tauhid. Sedangkan nilai moral yang paling buruk dan rendah
adalah syirik. Dengan prinsip keutamaan ini, pendidik bukan hanya bertugas
menyediakan kondisi belajar bagi subjek didik, tetapi lebih dari itu turut
membentuk kepribadiannya dengan perlakuan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh
pendidik tersebut. Nabi Saw bersabda, “Hargailah anak anakmu dan baikkanlah
budi pekerti mereka,” (HR. Nasa’i).
C. PRINSIP/DASAR PENDIDIKAN DALAM QS. AL ALAQ
Ada tiga kerangka dasar pendidikan yang
tergambar di dalam Surat Al-'Alaq, baik secara eksplisit maupun implisit.
1.
lkhlas - Prinsip ikhlas dapat terlihat dengan jelas dalam Surat Al-'Alaq
ayat 1. Tuhan memerintahkan membaca atas nama Allah. Begitu juga pada ayat
ke-19, Allah menyuruh manusia hanya patuh dan sujud kepada-Nya tidak kepada
yang lain-Nya.
2.
Pendidikan Seumur Hidup – Pendidikan seumur hidup tergambar secara implisit
dalam Surat Al-'Alaq, yaitu tidak adanya batasan yang konkret tentang kapan
seorang harus mulai belajar dan sampai kapan. Tuhan hanya menjelaskan bahwa
manusia harus membaca dan belajar. Dengan demikian, manusia perlu belajar sejak
dilahirkan sampai ajalnya tiba.
3.
Efektivitas Pendidikan – Di dalam Surat Al-'Alaq, Tuhan menginformasikan asal
kejadian manusia dari 'alaq (ayat 2) dan setelah diajari, mereka
memperoleh ilmu pengetahuan. llmu pengetahuan membuat mereka merasa cukup
sehingga menimbulkan sikap angkuh dan sombong (ayat 6-7).
D. IKHLAS; KERANGKA DASAR PENDIDIKAN
ISLAM
Perintah membaca pada
ayat ini dikaitkan dengan nama Allah Yang Maha Pencipta. Berarti, perintah
membaca tersebut harus dilandasi dengan niat yang ikhlas. Secara lugawi
kata ikhlas berarti bersih dari campuran, akar kata dari, Kata ini berasal
dari kata, yang berarti murni atau bebas dari kotoran. Firman Allah di dalam
Surat An-Nahl ayat 66 sebagai berikut:“Dan sesungguhnya pada
binatang ternak itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum
dari apa yang berada di dalam perutnya
(berupa) susu yang bersih antara tahi dan
darah, yang mudah ditelan bagi orang yang
meminumnya. (QS. An-Nahl: 66)
Menurut al-Asfihani
hakikat ikhlas adalah bebas dari segala sesuatu selain Allah. Pemahaman
ini tidak jauh dari prinsip ikhlas yang dikembangkan oleh al-Ghazali.
Menurutnya ikhlas ialah membersihkan niat dari selain Allah dan berusaha
mendekatkan diri kepada-Nya.
Dari sini dapat dipahami
bahwa ikhlas ialah amal yang tidak bercampur dengan intres-intres selain Allah.
Dengan kata lain, seseorang yang beramal dan berbuat semata-mata mengharapkan
rida Allah itulah yang disebut mukhlis, tetapi kalau motivasinya
dicampuri dengan mengharapkan keuntungan-keuntungan duniawi atau material
lainnya, dia tidak dapat dikatakan seorang yang mukhlis. Di bidang pendidikan,
misalnya sebagai pengajar, tenaga administrasi, atau sebagai peserta didik,
kalau mereka bekerja semata-mata mengharapkan rida Allah, amal tersebut adalah
ikhlas. Akan tetapi, kalau motivasi mereka dicampuri dengan mengharapkan
keuntungan-keuntungan duniawi, seperti gaji, honor, gengsi, dan naik pangkat,
amal tersebut tidak dapat disebut ikhlas karena niatnya tidak bersih atau tidak
bebas dari campuran selain mencari rida Allah.
Pendapat ini dianut oleh
para ulama, seperti Yahya bin Mu'az. Dia mengatakan bahwa ikhlas membedakan
amal dari cacat seperti berbedanya susu dari tahi dan darah. Amal yang ikhlas
adalah yang semata-mata karena Allah Ta'ala tidak karena yang lainnya. Karena
ikhlas sangat berkaitan dengan kerja hati seseorang, tidak ada yang
mengetahuinya kecuali dia sendiri dan Allah SWT. Tidak ada yang mengetahui
apakah seseorang itu berbuat dengan ikhlas atau tidak. Dalam sebuah hadis
qudsi, Allah menjelaskan bahwa ikhlas itu hanya diketahui oleh Allah SWT dan
hamba-Nya.
Artinya : Dari al-Hasan, dia berkata:
Rasulullah bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: "lkhlas
merupakan rahasia di antara rahasia-rahasia-Ku,
Aku titipkan dia di dalam hati orang
yang aku sukai di antara hamba-hamba-Ku".
Hadis ini dengan jelas
menegaskan bahwa ikhlas hanya diketahui oleh Allah SWT. Jadi, tidak ada yang
tahu, termasuk para malaikat, apakah seseorang berbuat sesuatu dengan ikhlas
atau tidak. Dengan demikian, hadis di atas memberikan gambaran kepada kita
bahwa ikhlas merupakan kontak langsung dengan Allah dan lepas dari intres atau
keuntungan-keuntungan duniawi dan sebagainya.
Ikhlas sebagaimana
diuraikan di atas jelas termasuk ke dalam amalulqalb (pekerjaan hati).
Jika demikian, ikhlas tersebut lebih banyak berkaitan dengan niat (motivasi).
Jika motivasi mendorong seseorang untuk beramal, misalnya mengajar, atau
membaca adalah semata-mata mencari rida Allah maka motivasi itu disebut ikhlas,
artinya murni karena Allah semata, tidak dicampuri oleh motif-motif lain.
Keikhlasan niat menurut al-Ghazali dapat diandalkan untuk menyelamatkan seseorang
dari kebinasaan dan kehancuran di kampung akhirat, seperti penegasannya,
"Semua manusia akan celaka, kecuali yang berilmu; semua yang berilmu akan
celaka, kecuali yang beramal; dan semua yang beramal akan celaka, kecuali yang
ikhlas. Apa yang dikatakan al-Ghazali itu ada benarnya karena didukung oleh
berbagai ayat Al-Qur'an, antara lain sebagai berikut.
1.
Artinya: “lblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh
sebab Engkau telah memutuskan hahwa aku sesat,
pasti aku akan menjadikan mereka memandang
baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan
pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali
hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka semuanya.
(QS Al-Hijr: 39-40).
2.
Artinya: Kecuali orang-orang yang tobat, mengadakan
perbaikan dan berpegang teguh pada agama Allah
serta talus ikhlas mengerjakan agama mereka karena
Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama
orang-orang yang beriman .... (QS An-Nisa':
146).
3.
Artinya: Katakanlah: " Tuhanku memerintahkan kepadaku
agar menjalankan keadilan. Dan (dari ita) luruskanlah
muka (niat) mu hanya kepada Allah semata di
setiap ibadah, dan sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya ... (QS AI-A'raf:
29).
Di samping dalil-dalil
di atas, Nabi juga menganjurkan umatnya supaya ikhlas dalam beramal. Hadis Nabi
yang berkaitan dengan keikhlasan, antara lain sebagai berikut.
- Artinya: Barangsiapa yang tidak menyebut nama Allah (sebelum makan) maka setan menyertai mereka dalam jamuan tersebut.
- Artinya: Tiga yang tidak dapat memhelenggu hati seorang lelaki muslim, yaitu ikhlas beramal karena Allah semata ....
- Artinya: Ikhlaslah kamu dalam beramal karena sesungguhnya Allah tidak menerima amal, kecuali orang yang ikhlas.
Keikhlasan sebagaimana
yang digambarkan dituntut aplikasinya dari semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan pendidikan, mulai dari staf pengajar (pendidik), peserta didik, dan
staf bidang administrasi. Secara langsung mereka terlibat di dalam kelancaran
proses belajar-mengajar.
Terjadinya berbagai
penyimpangan dan praktik-praktik tidak terpuji, seperti meng-komersialkan
nilai, penjiplakan hasil karya orang lain atau diterbitkannya ijazah aspal
(asli tapi palsu) berkaitan erat dengan motivasi yang menjadi motor penggerak
di dalam diri mereka yang terlibat di dalam proses pendidikan. Jika
masing-masing senantiasa dilandasi oleh niat yang ikhlas niscaya hal itu tidak
akan terjadi. Dalam skala yang lebih luas agaknya tidak gegabah jika dikatakan
bahwa timbulnya sikap materialistis, hedonistis, rakus, dengki, khianat, dan
sebagainya yang sekarang tampak sedang melanda kehidupan modern berawal dari
tidak eksisnya sikap ikhlas di dalam diri umat, bahkan terjadinya persaingan
yang tidak sehat, percekcokan, permusuhan, dan perang antar mereka atau antar
bangsa, juga tidak dapat dilepaskan dari sifat ikhlas yang tampak semakin sirna
dari dalam hati mereka.
Para ahli pendidikan,
seperti 'Athiyah al-Abrasyi juga mementingkan sikap ikhlas dalam proses
pendidikan, bahkan ia memasukkan sikap ikhlas sebagai salah satu sifat yang
harus dimiliki oleh seorang pendidik. Dia mengatakan bahwa sikap ikhlas dari
seorang pendidik dalam melaksanakan tugasnya merupakan cara untuk membuat
muridnya berhasil. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa berbuat sesuai dengan apa
yang dikatakan termasuk dalam kategori ikhlas atau dengan kata lain
perbuatannya sesuai dengan ucapannya. Seorang pendidik harus mengatakan bahwa
ia tidak tahu kalau memang ia tidak tahu. Akan tetapi, 'Athiyah menekankan
perwujudan ikhlas hanya kepada pihak pendidik, padahal semua unsur yang terkait
dalam pendidikan harus mempunyai sikap ikhlas sebagaimana yang telah
dipaparkan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya prinsip,
dasar dan asas merupakan hal yang sama. Jadi dasar dan asas merupakan alas,
pedoman. Sehingga ketika seseorang akan memulai pendidikannya tentunya harus
diketahui dasasrnya darimana dengan demikian pendidikan yang akan diberikan
akan dapat disesuiakn pada individu tersebut.
Ada tiga kerangka dasar pendidikan yang tergambar di dalam Surat Al-'Alaq,
baik secara eksplisit maupun implisit
1.
lkhlas - Prinsip ikhlas dapat terlihat dengan jelas dalam Surat Al-'Alaq
ayat 1. Tuhan memerintahkan membaca atas nama Allah. Begitu juga pada ayat
ke-19, Allah menyuruh manusia hanya patuh dan sujud kepada-Nya tidak kepada
yang lain-Nya.
2.
Pendidikan Seumur Hidup – Pendidikan seumur hidup tergambar secara implisit
dalam Surat Al-'Alaq, yaitu tidak adanya batasan yang konkret tentang kapan
seorang harus mulai belajar dan sampai kapan. Tuhan hanya menjelaskan bahwa
manusia harus membaca dan belajar. Dengan demikian, manusia perlu belajar sejak
dilahirkan sampai ajalnya tiba.
3.
Efektivitas Pendidikan – Di dalam Surat Al-'Alaq, Tuhan menginformasikan asal
kejadian manusia dari 'alaq (ayat 2) dan setelah diajari, mereka
memperoleh ilmu pengetahuan. llmu pengetahuan membuat mereka merasa cukup
sehingga menimbulkan sikap angkuh dan sombong (ayat 6-7). Di sini terlihat
bahwa keberhasilan seseorang, termasuk dalam bidang pendidikan, dapat
membuatnya bertindak sewenang-wenang dan angkuh karena merasa dirinya cukup dan
tidak membutuhkan pertolongan orang lain. Walaupun Tuhan telah mendidik
manusia, tidak semuanya berhasil menjadi manusia yang baik karena hal itu
tergantung pada beberapa faktor, seperti lingkungan dan kemauan untuk menjadi
baik.
A. SARAN
Saran yang dapat
kami berikan yaitu ;
·
Manfaatkanlah makalah yang kami
susun ini untuk menambah wawasan anda para pembaca dan kembangkan kembali
makalah ini agar lebih berkembang.
·
Sebagai individu dan mahkluk ciptaan Allah yang paling
sempurna tentunya kita lebih istimewa dibandingkan yang lain, dan pendidikan
merupakan hak bagi setiap individu. Selain itu, pendidikan juga dianjurkan dalam Al-Qur’an
sebagaimana terdapat dalam surat al-alaq ayat 1-5
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia
dengan perantaraan tulis baca.
·
Pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Untuk mendapatkan pendidikan yang baik
maka perlu adanya pemahaman terhadap visi, misi, dasar, tujuan dan azas-azas
pendidikan secara mendalam baik secara islam maupun secara umum.
Terimakasih postingan nnya , semoga bermanfaat
BalasHapusTeerimakasih atas postingannya semoga menjadi manfaat buat kehidupan kita semua , salam
BalasHapus